Mendidik anak dengan hati
di Sekolah Eureka National Plus
Teachers should be the center controller of student education. The presence of teachers is not only to transmit
knowledge and fill in the students‘ brain. Their presence should be thorough as the figures giving affection to the
students. Education can only be accomplished if teachers come with heart filled of knowledge and affection.
Educating through heart means strategies and methods based upon teacher-self identification as the blossom figures
having correct comprehension to their students. Their presence is not to be admired, to seek their mistakes or create
fear but to give heart, knowledge, and affection. Educating through heart – at least, deals with the education process
accomplished by comprehending the characteristics of student brains, giving attention, and revitalizing the student
unique intelligence originating from observing efforts of students‘ heart energy. Educating through heart can only be
done by teachers having ‗‘gold heart‘‘, or vice versa, through heart education strategy, teachers will have ‗‘the gold
heart‘; the heart giving birth students having ‗‘the gold heart‘‘ too
post by deandraraisa
Guru yang
Tidak Punya Hati
Sebagai
guru, siswa atau mantan siswa, kita akrab dengan kalimat yang sering diucapkan
seorang
guru saat mereka akan memulai pelajaran,
“Ayo
anak-anak, perhatikan. Jangan ramai sendiri. Kalau kalian sudah duduk di dalam
kelas, artinya kalian sudah siap mengikuti pelajaran. Duduk yang tegak, tangan
di atas meja, pandangan ke depan. Tidak boleh tengok kanan-kiri. Satu-satunya
orang yang harus kamu dengar dan kamu lihat adalah pak Guru. Anggap teman disampingmu tidak ada.”
Kalau kita
mencermati, ketika guru mengucapkan kalimat ―Ayo anak-anak perhatikan!‖,
maka saat
itu guru seperti sedang mencari perhatian siswa (baca: caper). Apakah nasib
guru sudah sangat memprihatinkan karena ―kurang perhatian‘, sehingga mereka
harus ―mencari perhatian‖
Kehadiran
guru mestinya bukan mencari perhatian, namun memberi perhatian. Benarkah
siswa yang
masuk ke kelas adalah pribadi-pribadi yang memang sudah siap untuk belajar.
Benarkah
sebelum mereka sampai di ruang kelas kita, fikiran mereka tertutup dari
informasi luar, sehingga dalam fikirannya tidak ada masalah yang mengganjal.
Selama ini,
belum banyak guru yang memulai pelajaran dengan menanyakan kabar siswa.
Sudahkan
kita bertanya tentang kesehatan siswa, kesehatan orang tua mereka. Apakah aneh
jika sebelum masuk pada pelajaran, guru mengajak siswa di kelas itu untuk
berdoa bersama, karena ada salah satu siswa atau orang tua salah satu siswa di
kelas itu yang sedang sakit.
Ibarat
memberi pelajaran sebagai tugas mulia guru seperti memberi makan, maka dapat
dikatakan
bahwa makanan penting, makan juga penting, namun yang lebih penting adalah
menyadari
kondisi manusia yang akan makan makanan tersebut. Bagaimana mungkin makanan dapat
dinikmati jika manusianya sedang sakit. Begitu juga dalam aktivitas belajar
mengajar di sekolah, pelajaran penting, belajar penting. Namun yang lebih
penting adalah memahami kondisi manusia yang akan menerima pelajaran dan
belajar.
Kata
―memperhatikan‖, berasal dari
kata dasar ―HATI‖, sehingga
memperhatikan
sebenarnya
mempunyai makna ‗memberikan HATI‘. Ada ungkapan indah yang bisa dibuktikan kebenarannya,
terutama bagi guru yang menginginkan setiap siswanya dapat tersenyum bahagia, karena
telah terbebas dari masalah. Ungkapan itu adalah:
BERIKAN
HATIMU, AKAN DATANG JAWABAN MASALAH YANG DIHADAPI
SISWAMU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar