Kamis, 14 Agustus 2014

Mendidik anak dengan hati
di Sekolah Eureka National Plus


Teachers should be the center controller of student education. The presence of teachers is not only to transmit 
knowledge and fill in the students‘ brain. Their presence should be thorough as the figures giving affection to the 
students. Education can only be accomplished if teachers come with heart filled of knowledge and affection. 
Educating through heart means strategies and methods based upon teacher-self identification as the blossom figures 
having correct comprehension to their students. Their presence is not to be admired, to seek their mistakes or create 
fear but to give heart, knowledge, and affection. Educating through heart – at least, deals with the education process 
accomplished by comprehending the characteristics of student brains, giving attention, and revitalizing the student 
unique intelligence originating from observing efforts of students‘ heart energy. Educating through heart can only be 
done by teachers having ‗‘gold heart‘‘, or vice versa, through heart education strategy, teachers will have ‗‘the gold 
heart‘; the heart giving birth students having ‗‘the gold heart‘‘ too

post by deandraraisa

Guru yang Tidak Punya Hati
Sebagai guru, siswa atau mantan siswa, kita akrab dengan kalimat yang sering diucapkan
seorang guru saat mereka akan memulai pelajaran,
“Ayo anak-anak, perhatikan. Jangan ramai sendiri. Kalau kalian sudah duduk di dalam kelas, artinya kalian sudah siap mengikuti pelajaran. Duduk yang tegak, tangan di atas meja, pandangan ke depan. Tidak boleh tengok kanan-kiri. Satu-satunya orang yang harus kamu dengar dan kamu lihat adalah  pak Guru. Anggap teman disampingmu tidak ada.”
Kalau kita mencermati, ketika guru mengucapkan kalimat ―Ayo anak-anak perhatikan!,
maka saat itu guru seperti sedang mencari perhatian siswa (baca: caper). Apakah nasib guru sudah sangat memprihatinkan karena ―kurang perhatian‘, sehingga mereka harus ―mencari perhatian
Kehadiran guru mestinya bukan mencari perhatian, namun memberi perhatian. Benarkah
siswa yang masuk ke kelas adalah pribadi-pribadi yang memang sudah siap untuk belajar.
Benarkah sebelum mereka sampai di ruang kelas kita, fikiran mereka tertutup dari informasi luar, sehingga dalam fikirannya tidak ada masalah yang mengganjal.
Selama ini, belum banyak guru yang memulai pelajaran dengan menanyakan kabar siswa.
Sudahkan kita bertanya tentang kesehatan siswa, kesehatan orang tua mereka. Apakah aneh jika sebelum masuk pada pelajaran, guru mengajak siswa di kelas itu untuk berdoa bersama, karena ada salah satu siswa atau orang tua salah satu siswa di kelas itu yang sedang sakit.
Ibarat memberi pelajaran sebagai tugas mulia guru seperti memberi makan, maka dapat
dikatakan bahwa makanan penting, makan juga penting, namun yang lebih penting adalah
menyadari kondisi manusia yang akan makan makanan tersebut. Bagaimana mungkin makanan dapat dinikmati jika manusianya sedang sakit. Begitu juga dalam aktivitas belajar mengajar di sekolah, pelajaran penting, belajar penting. Namun yang lebih penting adalah memahami kondisi manusia yang akan menerima pelajaran dan belajar.
Kata ―memperhatikan, berasal dari kata dasar ―HATI, sehingga memperhatikan
sebenarnya mempunyai makna ‗memberikan HATI‘. Ada ungkapan indah yang bisa dibuktikan kebenarannya, terutama bagi guru yang menginginkan setiap siswanya dapat tersenyum bahagia, karena telah terbebas dari masalah. Ungkapan itu adalah:
BERIKAN HATIMU, AKAN DATANG JAWABAN MASALAH YANG DIHADAPI
SISWAMU









Tidak ada komentar:

Posting Komentar